Hakekat
dan peranan sosiologi pengetahuan menarik perhatian para ahli sosiologi dalam usaha mereka mengembangkan teori-teori
sosiologi. usaha mendefinisikan pengertian “kenyataan” dan “pengetahuan” dalam
konteks sosial. Sebuah teori sosiologi harus mampu menjelaskan, sehingga kita
memahami bagaimana kehidupan masyarakat itu terbentuk dalam proses-proses
terus-menerus. Pemahaman itu ditemukan dalam gejala-gejala sosial sehari-hari,
yang dalam pengertian sehari-hari dinamakan pengalaman bermasyarakat. Karena
gejala-gejala sosial itu ditemukan dalam pengalaman bermasyarakat yang
terus-menerus berproses, maka perhatian terarah pada bentuk-bentuk penghayatan
(Erlebniss) kehidupan bermasyarakat secara menyeluruh dengan segala aspeknya
(kognitif, psikomotoris, emosional dan intuitif). Dengan kata lain, kenyataan
sosial itu tersirat dalam pergaulan sosial, yang diungkapkan secara sosial
lewat belbagai tindakan sosial seperti berkomunikasi lewat bahasa’ bekerja sama
lewat bentuk-bentuk organisasi sosial. Kenyataan sosial semacam ini ditemukan
dalam pengalaman intersubjektif (intersubjektivitas). Lewat intersubjektivitas
itu dapat dijelaskan bagaimana kehidupan masyarakat tertentu dibentuk secara
terus-menerus. Konsep intersubjektivitas menunjuk pada dimensi struktur
kesadaran umum ke kesadaran individual dalam suatu kelompok khusus yang sedang
saling berintegrasi dan berinteraksi.
Sedangkan
untuk memudahkan pemahaman dalam mengklasifikasikan berbagai tingkatan dalam
kenyataan sosial, dapat dibedakan menjadi 4(empat) tingkatan, yaitu tingkat
budaya, individu, interpersonal, dan struktur sosial.
1. Tingkat Budaya
Kebudayaan
merupakan keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni
moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan- kemampuan, serta tata cara lainnya yang
diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Dengan demikian, fokus
kajiannya meliputi nilai, simbol, norma, dan pandangan hidup umum yang dimiliki
bersama oleh suatu masyarakat. Sehingga dalam arti luas, kebudayaan terdiri
atas produk- produk tindakan dan interaksi manusia, termasuk benda- benda
materi maupun nonmateri.
2. Tingkat
Individual
Tingkat
ini menempatkan individu sebagai pusat perhatian untuk analisis utama. Sebagai
contoh Weber sangat tertarik pada masalah- masalah sosiologis yang luas
mengenai struktur sosial dan kebudayaan tetapi dia melihat bahwa kenyataan
sosial secara mendasar terdiri atas individu- invidu dan tindakan- tindakan
sosialnya yang bermakna.
3. Tingkat
Interpersonal
Kenyataan
sosial pada tingkat ini meliputi interaksi antara individu dengan individu
maupun dengan kelompok, dalam arti yang berhubungan dengan komunikasi simbolis,
penyesuaian timbal balik, negosiasi tindakan yang saling tergantung, kerja
sama, maupun konflik. Dua persepektif teoretis utama yang menekankan tingkatan
ini adalah teori interaksionisme simbolik dan teori pertukaran.
George
Herbett Mead yang merintis teori interaksi simbolik tersebut, pada dasarnya
teori tersebut berhubungan dengan media simbol, dimana kemampuan manusia sangat
tinggi untuk menciptakan dan memanipulasi simbol- simbol. Kemapuan tersebut
sangat diperlukan untuk berkomunikasi antar pribadi dan pemikiran- pemikiran
subjektif lainnya. Disinilah penekanan para ahli teori interaksi simbol
menegaskan bahwa kenyataan sosial
yang muncul dari interaksi simbol menegaskan bahwa kenyataan sosial yang muncul dari interaksi dilihatnya sebagai
suatu kenyataan yang dibangun dan bersifat simbolik.
4. Tingkat Struktur Sosial
Jika
dibanding dengan sebelumnya, tingkatan struktur sosial ini jauh lebih abstrak.
Perhatiannya bukan pada individu- individu, tindakan- tindakan, serta interaksi
sosial, melainkan pada pola- pola tindakan dan jaringan- jaringan interaksi
yang disimpulkan dari pengamatan terhadap keteraturan dan keseragaman yang
terdapat dalam waktu dan ruang tertentu. Tekanannya terletak pada struktur-
struktur sosial yang kecil maupun besar.
Kenyataan
sosial identik dengan kondisi yang berdampak terhadap masyarakat itu sendiri.
seiring dengan era globalisasi saat ini dimana informasi sangat mudah di dapat
baik melalui media cetak, elektronik maupun visual hingga ke pelosok desa yang
akan mengakibatkan dampak sosial yang sangat besar di masyarakat karena
mayoritas isi isi dari media tersebut menjadi salah persepsi karena sumber daya
manusianya masih rendah. Sebagai
contohnya adalah pemberitaan tentang narkoba atau kenakalan remaja yang dimana
generasi muda sekarang malah mencari dan selalu ingin mencobanya , sehingga
tidak sedikit hingga kepelosok desa pun banyak remaja yang terjerumus oleh hal
tersebut.
Menurut Blumer (1971) dan Thompson (1988)
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang
dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam
nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota
masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.
Entitas tersebut dapat merupakan pembicaraan umum atau menjadi topik ulasan di
media massa, seperti televisi, internet, radio dan surat kabar.
Salah
satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan
hidup (Etzioni, 1976). Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi
kebutuhan hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan
kekerasan.
Sebab
lain adalah karena patologi sosial, yang didefinisikan oleh Blackmar dan Gillin
(1923) sebagai kegagalan individu menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial
dan ketidakmampuan struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi
perkembangan kepribadian. Hal ini mencakup : cacat (defect), ketergantungan
(dependent) dan kenakalan (delinquent).
Dan untuk memudahkan mengamati masalah-masalah
sosial, Stark (1975) membagi masalah sosial menjadi 3 macam yaitu :
(1)
Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan,
kesenjangan, konflik antar kelompok, pelecehan seksual dan masalah
lingkungan.
(2)
Perilaku menyimpang,
seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan, kenakalan
remaja dan kekerasan pergaulan.
(3)
Perkembangan manusia, seperti : masalah
keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
Solusi-solusi penanggulangan terhadap suatu problematika social dimasyarakat
sangatlah kompleks. Berbagai segmen yang berada di alam ini sangatlah
berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya masalah social. Namun kembali
lagi kepada kodratnya bahwa manusia adalah merupakan mahluk Tuhan YME, sudah
barang tentu seyogyanyalah manusia sebagai mahluk Tuhan YME secara pribadi
harus bisa dan mampu mengembalikan dan mengingat kembali serta sadar diri
berdasar aturan kereligiusannya kembali pada kepercayaan akan hari akhirrnya
(atau ketidak kekalannya).
Hal-hal tersebut dapat tumbuh dan terbentuk melalui
pribadinya sendiri, keluarga, masyarakat, lingkungan serta tingkat
pendidikannya, sehingga secara otomatis kesenjangan dan kesejahteraannyapun
akan terpenuhi.
0 komentar:
Posting Komentar